In Memoriam

In Memoriam

We wish to pay tribute to two people who have helped and supported us over many years.

Marcel Adi                                                                                                                         

Marcel Adi with a Sumatran Rhino

Marcel Adi, born and brought up a Christian in Java, passed suddenly in April 2020 in Borneo. Marcel was a Board member over the period 2013 – 2018 and, also acted as an advisor on many aspects of conservation especially around the Way Kambas National Park (WKNP) in West Lampung – Sumatra.

Marcel was a biologist who worked at the International Rhino Centre (IRC) in the WKNP for many years under the tutelage of Dr Van Strein, a world-renowned specialist on the Sumatran Rhino, who became a shareholder of Ecolodges Indonesia. After the unfortunate passing of Dr Van Strein, Marcel left the IRC and worked freelance. He was one pioneers in the establishment of the ALERT foundation dedicated to the conservation of the WKNP; latterly he worked in Kalimantan on Rhinos seen on that island.

Marcel was given shares of ELI by Dr Van Strein and during his period on the Board assisted us with special photos by hidden cameras of rare animals in the park including Tigers and Sun Bears.  Marcel had a gentle and friendly personality and was loved by all who knew him. We will miss him.  We send our respect to the family. The shares of Dr Van Strein were passed on to his sons Maarten and Willem who still play a vital role in the company.

 

Joseph Wenggo

In memoriam Joseph Wenggo

Joseph Wenggo, a Christian born in East Flores, passed in July 2020 while working in his fields in the village of Moni East Flores. Joseph worked from Moni since his youth and commenced his working life rising at 2am heating up a large thermos of coffee and walking the 13km up the Kelimutu National Park to sell coffees to tourists visiting the lakes which change colour.  He then walked home again with a net taking of 2 – 3 US$. From this humble beginning, he slowly improved his station by teaching himself English, selling local ikat weavings and as a guide to tourists. He then purchased land outside the village of Moni on the main road to Maumere and purchased a house in the village.

In 2008, Joseph met Meryl Wilson, who influenced by Agus Batona (a local travel agent based in Maumere) was looking for land to build a fifth ecolodge for Ecolodges Indonesia. This friendship blossomed and resulted in Stage 1 of the Kelimutu crater Lakes Ecolodge. Over the period 2012 to 2019, Joseph assisted Alan Wilson purchase five blocks of land around the lodge owned by local villagers. Wilson was determined that indiscriminate tourist development was not going to destroy this lodge as happened to our Bajo Komodo Ecolodge in West Flores. This land enabled Stage 2 development of the lodge and, now a developing farm able to feed guests with organic food with surplus to give or sell outside the lodge in the village and beyond.

The villagers of Moni are a very independent people who protect their land and homestay businesses very aggressively. In 2017, they rejected a Japanese attempt to build a five-star hotel in the Kelimutu National Park despite (so called) massive employment opportunities.  Joseph enabled ELI construct, the now iconic lodge, on land owned by the villagers. This had never been achieved previously by outsiders. The reason is ELIs policy of only employing local villagers and supporting the local businesses including the homestays.

For many reasons, our company will never forget Joseph Wenggo and thank him and his family and all their contribution to Ecolodges Indonesia.

– Bahasa Indonesia –

Mengenang

Dalam Blog kali ini, kami ingin memberikan penghormatan kepada dua orang yang telah membantu dan mendukung kami selama ini.

Marcel Adi

Marcel Adi berfoto dengan Seekor Badak di sebelahnya

Lahir dan dibesarkan sebagai penganut Kristen di Jawa, telah meninggal secara mendadak pada bulan April 2020 di Kalimantan. Marcel pernah ikut dalam Dewan Komisaris Ecolodges Indonesia selama periode 2013 – 2018, dan juga menjabat sebagai penasihat dalam kegiatan konservasi terutama di sekitar Taman Nasional Way Kambas (WKNP) di Lampung Timur – Sumatera.

Marcel adalah seorang ahli biologi yang bekerja di International Rhino Center (IRC) di WKNP selama bertahun-tahun di bawah pengawasan Dr Van Strein.  Dr Van Strein adalah seorang spesialis Badak Sumatera yang terkenal di dunia, yang juga menjadi pemegang saham Ecolodges Indonesia. Setelah meninggalnya Dr. Van Strein, Marcel meninggalkan IRC dan bekerja lepas sebagai konsultan. Dia adalah salah satu pelopor dalam pendirian yayasan ALERT yang didedikasikan untuk konservasi WKNP. Sebelum meninggal dia bekerja di Kalimantan untuk proyek Badak yang ditemukan di pulau itu.

Marcel mendapat kepemilikan saham Ecolodges Indonesia dari Dr Van Strein, dan selama bertugas di dewan direksi telah membantu kami dengan foto dan video dari kamera tersembunyi tentang binatang langka yang terlihat di taman nasional termasuk Harimau dan  Beruang Madu. Marcel memiliki kepribadian yang lembut dan ramah dan dicintai oleh semua orang yang mengenalnya. Kami akan merindukannya. Kami mengirimkan rasa hormat kami kepada keluarga. Saham Dr Van Strein diteruskan kepada putra-putranya Maarten dan Willem yang masih tetap mendukung dalam perusahaan ini.

 

Joseph Wenggo

(Alm.) Joseph Wenggo

Lahir dalam sebuah keluarga Kristen di  Flores Timur, dan telah meninggal dunia pada Juli 2020 ketika sedang bekerja di ladangnya di desa Moni-Flores Timur. Joseph bekerja di Moni sejak masih muda. Pekerjaannya dimulai jam 2 pagi dengan termos besar berisi kopi, lalu berjalan sejauh 13 km ke Taman Nasional Kelimutu untuk menjual kopi kepada para wisatawan yang berkunjung melihat danau tiga warna. Setelah itu dia harus berjalan pulang lagi dengan penghasilan bersih 2-3 US$ saat itu. Dari kegiatan sederhana ini,  dia perlahan meningkatkan kemampuan dengan belajar bahasa Inggris sendiri, lalu menjual tenun ikat lokal dan juga sebagai pemandu wisata di daerah ini. Dia kemudian membeli tanah di jalan utama ke arah Maumere dan juga membeli rumah di desa.

Pada tahun 2008, Joseph bertemu dengan Meryl Wilson, atas masukan dari Agus Batona (seorang pemandu wisata yang berbasis di Maumere), yang saat itu sedang mencari tanah untuk membangun Ecolodge kami yang kelima. Persahabatan ini berkembang dan menghasilkan pembangunan tahap 1  Kelimutu Ecolodge. Selama periode 2012-2019, Joseph juga membantu Alan Wilson untuk membeli lima blok tanah di sekitar lodge dari penduduk desa setempat. Wilson berkeyakinan bahwa diperlukan komitmen pengembangan secara menyeluruh dari lodge ini agar tidak hancur seperti Ecolodge di Labuan Bajo – Flores Barat. Dengan tanah ini kemudian memungkinkan dilakukannya pengembangan Tahap 2 dan sekarang kami sudah mengembangkan peternakan dan perkebunan menghasilkan makanan organik untuk para tamu, karyawan san sisanya untuk dijual kepada masyarakat.

Penduduk Desa Moni merupakan orang-orang yang sangat mandiri untuk melindungi tanah dan usaha homestay mereka. Pada tahun 2017, mereka pernah menolak upaya sebuah investor dari Jepang untuk membangun hotel berbintang di dalam Taman Nasional Kelimutu, meskipun ada peluang pekerjaan untuk masyarakat lokal. Joseph telah membantu mewujudkan pembangunan Kelimutu Ecolodge di atas tanah yang dimiliki oleh penduduk desa, dan sekarang telah menjadi ikon daerah tersebut. Hal yang belum pernah bisa dilakukan sebelumnya oleh investor dari luar. Ini dikarenakan oleh kebijakan Ecolodges Indonesia untuk mempekerjakan penduduk desa setempat, dan juga mendukung usaha lokal termasuk homestay. Oleh karena itu, perusahaan kami tidak akan pernah melupakan Joseph Wenggo, dan keluarga atas semua kontribusinya bagi Ecolodges Indonesia.

Please share the love!

Gede Ariandika

Leave a Comment