THE UNIQUENESS OF THE WOLOGAI TRADITIONAL VILLAGE

THE UNIQUENESS OF THE WOLOGAI TRADITIONAL VILLAGE

We continue our series of the interesting villages around our lodges. Many of our guests take tours to include village visits and some even stay one or two nights in a company registered village homestay so they can experience village life.

Wologai is a traditional village located in the Ende Lio area, precisely in the Detusoko sub-district, Ende regency – East Nusa Tenggara. Wologai traditional village is about 12 kilometers from our Lodge ( Kelimutu Crater Lakes Ecolodge), reached by car or motorbike rental. This traditional village is 800 years old with a meaningful traditional building form.

The uniqueness of this traditional house building lies before the commencement of construction because it is not allowed to build a house carelessly. The construction of a traditional house must be carried out by the “Naka Wisu” ritual, namely by slaughtering a chicken then cutting down a tree in the forest at midnight. The tree is then used as a support pole for the house.

Another feature of the Wologai traditional village is the cone-shaped architecture of the building. The houses are built in a circle around the “Tubu Kanga” a place to give offerings and the performance the “tandak” dance during traditional rituals as a symbol of the intimacy and unity of the tribal members of the village. Wologai traditional village houses are divided into 3 parts, namely traditional house, tribal house, and large house. Traditional houses built with towering roofs have a philosophy related to the authority of customary leaders who are considered higher than ordinary people. 

The Tribal house is used to store heirlooms or relics belonging to the tribe and the large house can be used or occupied during traditional rituals.

The majority of the people living in the Wologai traditional village are farmers. They cultivate the tribal land area to meet their food, clothing needs and to support their children in school. As for the agriculture products they can produce such as field rice, corn, sweet potatoes, taro, cassava, coffee, cloves, candlenuts. They live very peacefully and protect each other.

Please pass this information to interested parties on Social media through our links to :

FACEBOOK (www.facebook.com/ecolodgesindonesia),

INSTAGRAM (@Ecolodges_indonesia)

TWITTER (@ecolodges_ID)

For DONATE, Visit our official pages on our website https://ecolodgesindonesia.com/conservation-foundation/ with guidelines how to donate.

We need your support to protect this vital group of conservationists around key Indonesian national parks.

BAHASA INDONESIA

KEUNIKAN DESA TRADISIONAL WOLOGAI

Kami melanjutkan rangkaian desa menarik di sekitar penginapan kami. Banyak dari tamu kami mengikuti tur untuk memasukkan kunjungan desa dan beberapa bahkan tinggal satu atau dua malam di homestay desa sehingga mereka dapat mengalami kehidupan desa.

Wologai adalah desa adat yang terletak diwilayah ende lio tepatnya di kecamatan Detusoko Kabupaten Ende – Nusa Tenggara Timur. Desa adat Wologai  sekitar 12 kilometer dari Lodge kami (Kelimutu Crater Lakes Ecolodge), ditempuh dengan mobil  atau Motor Sewaan.  Kampung adat ini berusia 800 tahun dengan bentuk bangunan tradisional penuh makna.

Keunikan bangunan rumah adat ini terletak pada sebelum dimulainya pembangunan karena tidak diperboleh sembarangan dalam membengun rumah. Pembangunan rumah adat harus dilakukan ritual “Naka Wisu” yaitu menyembelikan seekor ayam  kemudian menebang pohon dihutan pada pukul 12 malam. Pohon tersebut kemudian digunakan sebagai  tiang penyangga rumah.

Keistimewaan lain dikampung adat wologai adalah arsitektur bangunan yang berbentuk kerucut. Rumah – rumah dibangun berbentuk lingkaran mengitari  “Tubu Kanga”  tempat untuk  meletakan persembahan dan pementasan tarian  tandak pada saat ritual adat sebagai symbol  keakraban dan kesatuan para anggota suku  dikampung tersebut. Rumah dikampung adat wologai dibagi dalam 3 bagian yakni rumah adat, rumah suku, rumah besar. Rumah adat dibangun dengan atap menjulang tinggi yang memiliki filosofi  yang berhubungan dengan kewibawaan ketua – ketua adat yang dipandang lebih tinggi dari masyarakat biasa. Rumah suku digunakan untuk menyimpan benda – benda pusaka atau peninggalan milik suku. Sedangkan rumah besar dapat digunakan atau ditempati  pada saat berjalannya ritual adat.

Masyrakat yang tinggal dikampung adat ini mayoritas perkerjaannya adalah petani , Mereka mengelolah tanah suku untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan untuk membiayai anak – anak mereka disekolah. Adapun hasil pertanian yang dapat mereka hasilkan seperti padi ladang, jagung, ubi jalar, singkong, ubi talas, kopi, cengkeh, kemiri . mereka hidup sangat damai dan saling melindungi satu sama lain.

Harap berikan informasi ini kepada pihak yang berkepentingan di media sosial melalui tautan kami ke:

FACEBOOK (www.facebook.com/ecolodgesindonesia),

INSTAGRAM (@Ecolodges_indonesia)

TWITTER (@ecolodges_ID)

Untuk Donasi, silahkan kunjungi situs web kami https://ecolodgesindonesia.com/conservation-foundation/ dengan pedoman cara berdonasi.

Kami membutuhkan dukungan Anda untuk melindungi kelompok penting konservasionis di sekitar taman nasional utama Indonesia.

Gede Ariandika

Leave a Comment