The village of Labuhan Ratu, Way Kambas National Park, South Sumatra, Indonesia.

The village of Labuhan Ratu, Way Kambas National Park,

South Sumatra, Indonesia.

 The Way Kambas National Park is situated in the western part of South Sumatra, Indonesia. The village of Labuan Ratu (LR) is one of the villages surrounding the park and is situated around the main entrance. It is the village where our Satwa Sumatra Ecolodge (SSEL) is located only 500 metres from the park entrance.


The entrance of Way Kambas National Park

The village’s main income comes from agriculture with a mixture of large plantations (eg nearby pineapples, bananas and rubber trees) and small holder farming especially cassava and goat and poultry production using the system of “zero grazing”.

A growing source of income comes from Ecotourism based at the SSEL, the International Rhino Centre (IRC), Way Kanan hostel in the park run by the National Park, and a growing number of homestays developed by villagers. The IRC also employs villagers at the Centre and, also for growing food for the Rhinos.  Small carving production is also a source of income. Labuhan Ratu provides the source for employment for all these activities.


Wood carvings of Sumatran rhinos made by a local community in Lampung.
 Image by Agus Susanto for Mongabay Indonesia.

An economic study undertaken by an American University in 2008 showed that over 80% of the income earned by the employees of SSEL circulated in the village and assisted local businesses.

A popular activity from the SSEL is the night walk through the village and surrounds with Heriyono, the Chief Guide. The walk begins after an early dinner the following birds or animals are commonly seen :           Scops Owl, Savannah Nightjar, Slow Loris, Frogmouth and possibly Mouse Deer. The atmosphere on Heriyono’s bird walk is also unique with most of the villagers with their livestock settling in for an early night, the surrounds become very dark and exciting to be in.

The SSEL, purchased by Ecolodges Indonesia inn 2007, is a good example of the company’s main aim, providing sustainable jobs to local people on the edge of wilderness areas and national parks. WE hope to demonstrate conservation through ecotourism empowering local people to look after the environment.


The Slow Loris, can be seen at the garden of Satwa Ecolodge, or during a night walk around the village


Please pass this information to interested parties on Social media through our links to :

FACEBOOK (www.facebook.com/ecolodgesindonesia),

INSTAGRAM (@Ecolodges_indonesia)

TWITTER (@ecolodges_ID)

For DONATE, Visit our official pages on our website https://ecolodgesindonesia.com/conservation-foundation/ with guidelines how to donate.

We need your support to protect this vital group of conservationists around key Indonesian national parks.

BAHASA INDONESIA

Desa Labuhan Ratu, Taman Nasional Way Kambas,
Sumatera Selatan, Indonesia.

Taman Nasional Way Kambas terletak di bagian barat Sumatera Selatan, Indonesia. Desa Labuan Ratu (LR) merupakan salah satu desa yang mengelilingi taman dan terletak di sekitar pintu masuk utama. Ini adalah desa tempat Satwa Sumatra Ecolodge (SSEL) kami terletak hanya 500 meter dari pintu masuk taman.


Pintu masuk Taman Nasional Way Kambas

Pendapatan utama desa berasal dari pertanian dengan campuran dari perkebunan besar (misalnya nanas, pisang dan pohon karet di dekatnya) dan pertanian rakyat terutama ubi kayu dan produksi kambing dan unggas dengan sistem “tanpa penggembalaan”.
Sumber pendapatan yang berkembang berasal dari Ekowisata yang berbasis di SSEL, International Rhino Center (IRC), asrama Way Kanan di taman yang dikelola oleh Taman Nasional, dan semakin banyak homestay yang dikembangkan oleh penduduk desa. PHI juga mempekerjakan penduduk desa di Pusat dan, juga untuk menanam makanan bagi Badak. Produksi ukiran kecil juga menjadi sumber pendapatan. Labuhan Ratu menyediakan sumber pekerjaan untuk semua kegiatan ini.


Ukiran kayu badak sumatera dibuat oleh masyarakat lokal Lampung.
Gambar oleh Agus Susanto untuk Mongabay Indonesia.

Sebuah studi ekonomi yang dilakukan oleh Universitas Amerika pada tahun 2008 menunjukkan bahwa lebih dari 80% pendapatan yang diperoleh oleh karyawan SSEL beredar di desa dan membantu bisnis lokal.
Aktivitas populer dari SSEL adalah jalan-jalan malam melalui desa dan dikelilingi bersama Heriyono, Kepala Pemandu. Perjalanan dimulai setelah makan malam lebih awal, burung atau hewan berikut biasanya terlihat: Scops Owl, Savannah Nightjar, Slow Loris, Frogmouth dan mungkin Mouse Deer. Suasana bird walk bersama Heriyono juga unik dengan sebagian besar penduduk desa dengan ternak mereka yang menetap di awal malam, lingkungan sekitarnya menjadi sangat gelap dan menyenangkan untuk dikunjungi.
SSEL, yang dibeli oleh Ecolodges Indonesia inn 2007, adalah contoh yang baik dari tujuan utama perusahaan, menyediakan lapangan kerja yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal di pinggiran kawasan hutan belantara dan taman nasional. KAMI berharap dapat mendemonstrasikan konservasi melalui ekowisata yang memberdayakan masyarakat lokal untuk menjaga lingkungan.


Kukang, bisa dilihat di taman Satwa Ecolodge, atau saat jalan-jalan malam di sekitar desa

Harap berikan informasi ini kepada pihak yang berkepentingan di media sosial melalui tautan kami ke:

FACEBOOK (www.facebook.com/ecolodgesindonesia),

INSTAGRAM (@Ecolodges_indonesia)

TWITTER (@ecolodges_ID)

Untuk Donasi, silahkan kunjungi situs web kami https://ecolodgesindonesia.com/conservation-foundation/ dengan pedoman cara berdonasi.

Kami membutuhkan dukungan Anda untuk melindungi kelompok penting konservasionis di sekitar taman nasional utama Indonesia.

Gede Ariandika

Leave a Comment